Al-Fatihah merupakan salah bentuk do'a yang diajarkan Allah. Do'a itu tercantum pada kalimat: ihdinash shiraathal mustaqiim, tunjukilah kami ke jalan yang lurus! Jelas sekali, surat Al-Fatihah mengajarkan bahwa do'a hamba yang baik adalah memohon petunjuk ke jalan yang lurus (shiraathal-mustaqim).
Sumber utama jalan lurus adalah Al-Qur'an. Lalu, dapatkah seseorang meraih jalan lurus jika tidak mempelajari Al-Qur'an? Dengan sikap rnalas dan enggan terbuka hati, dapatkah seorang meraih kebenaran dari Al-Qur'an? Sekali lagi, Allah memastikan bahwa Al-Qur'an adalah sumber ilmu dan kebenaran. Jadi, kata kunci untuk meraih jalan lurus adalah segera mempelajari dan mengkaji Al-Qur'an.
Surat Al-Fatihah bukanlah sekadar pengantar untuk mempelajari Al-Qur'an. Surat ini memuat do'a dan jawabannya sekaligus. Al-Fatihah adalah bentuk doa seorang hamba, sedangkan Al-Qur'an adalah jawabannya. Jawaban itu berasal dari Allah Yang Maha Tinggi, Sang Pemilik Do'a. Sang hamba berdo'a kepada Allah agar meraih petunjuk-Nya. Sang Pemberi menempatkan ruh Al-Qur'an ke dalam hati sang hamba. Itulah kenikmatan tertinggi menjadi seorang muslim. Sudahkah kita memperolehnya?
Jalan lurus Al-Qur'an baru dapat ditemukan jika seorang muslim berupaya membuka Al-Qur'an. Lalu, dengan hati yang terbuka, ia mengungkap kandungan maknanya. Dengan upaya itu, mutiara ilmu dari Al-Qur'an akan terungkap. Karena itu, kita membaca dan mengkaji Al-Qur'an. Kita selami makna Al-Qur'an. Kita tangkap mutiara cahaya hikmah darinya. Jadi, Al-Qur'an adalah cahaya kehidupan (nurul hayat). Itulah jalan lurus.