Pada zaman dahulu kala, di tengah-tengah Bani Israil ada seorang Ahli Ibadah (Abid) yang beribadah kepada Allah di malam hari, sedang di siang harinya berjualan barang-barang melayani kebutuhan orang banyak. Dia selalu berkata "Hai nafsuku, bertakwalah kepada Allah Swt".
Pada suatu hari ia berangkat dari rumahnya untuk berjualan/menjajakan barang dagangannya, dan sampailah ia di pintu sebuah kerajaan, ia tawarkan dagangannya dengan menyebut nama masing-masingnya. Istri rajapun melihat dari pintunya, memang pria ini memiliki wajah tampan, sehingga tertariklah wanita istri raja itu, sekaligus condonglah nafsu syahwat kepadanya. Wanita itupun segera memanggilnya, mengajak masuk ke rumahnya. Sahut wanita : "Hai pedagang tampan, mengapa aku harus tertarik dan jatuh cinta kepadamu, aku punya banyak harta dan pakaian sutra, untuk itu berhentilah dari kerjamu macam itu, tukarlah pakaianmu, dan salinlah dengan pakaian sutra ini, serta ambillah sejumlah hartaku yang banyak ini".
Lalu nafsu pedagang itupun cenderung untuk melayani ucapan wanita itu, dalam batin ia berkata : "Hai nafsuku bertakwalah kepada Allah". Kemudian iapun menjawab : "Sungguh, aku takut kepada Allah Penguasa alam semesta". Sahut wanita : "Surnpah, pintu ini tidak bakal kubuka sebelum engkau melayani nafsu syahwatku yang menggelora ini". Sahut pedagang itu : "Hai nafsuku, bertakwalah kepada Allah", lalu iapun berfikir sesaat dalam rangka memelihara diri dari godaan wanita istri seorang raja itu. Kemudian iapun berkata : "Hai istri raja, berilah aku waktu untuk berwudlu dan shalat 2 rakaat". Maka iapun berwudlu, dan langsung naik ke atas rumah, shalat 2 rakaat di atasnya, lalu memandang ke bawah, bumipun masih jauh kira-kira 20 hasta. Kemudian pandangan matanya ditujukan ke langit dan munajat kepada Tuhan sambil menangis, sahutnya : "Ya Tuhan, aku beribadah kepada-Mu puluhan tahun lamanya, maka bebaskanlah aku dari keburukan wanita itu, dan kalau tidak maka aku akan datang kepada-Mu besertanya", kemudian iapun tiada jemu menasehati dirinya, "hai nafsuku bertakwalah kepada Allah, hai nafsu bertakwalah kepada Allah", maka iapun nekat menjatuhkan diri dari atas ketinggian rumah itu.
Akhirnya pada saat itu juga Jibril diseru oleh Allah : "Hai Jibril, peganglah tangan hamba-Ku, sebelum ia terkapar di permukaan bumi, ia nekat/ berani melemparkan dirinya hanya karena takut siksa-Ku”. Maka Jibril pun turun secepatnya memegangnya, sebelum ia menyentuh tanah, layaknya seperti seorang ibu merangkul anaknya, ia didudukkan di atas tanah seperti burung.
Selanjutnya ia pulang ke rumahnya, terbebas dari godaan/keburukan wanita itu, ia gembira, dan menghampiri keluarganya dalam keadaan terlalu lapar, ia menangis sedih, dan duduk mendampingi istrinya.
Maka datanglah salah seorang tetangga hendak menghutang roti kepadanya, jawab pedagang itu : "Demi Allah, sejak beberapa hari kami tidak punya roti/nasi, dan kalau tidak percaya silahkan melihat sendiri ke dapur". Dan tetangga itupun melihat ke dapur, ternyata ia melihat adanya roti/nasi yang tengah/baru saja masak". Lalu Abid itupun diberitahu, dan langsung mereka makan bersama". Istrinya kagum, sahutnya : "Inilah karamah darimu. bukan dariku, lalu apa rahasianya? Abid pun segera membuka rahasianya, dan istrinya bersyukur sebanyak-banyaknya kepada Allah SWT.
Demikian Cerita Islami singkat tentang Seorang Ahli Ibadah yang Memelihara Nafsunya.