Abid Jan adalah seorang yang kaya raya di Pakistan. Dia begitu kaya raya sehingga ia memiliki rumah yang sangat besar dan berhalaman luas dengan kolam renang, lapangan tenis dan garasi, hampir di setiap kota-kota besar di Pakistan.
Tapi tidak seperti penilaian orang kebanyakan terhadap orang-orang kaya, dia sangat ramah, jujur, tidak pernah berbuat curang, dan suka memberikan uang dalam jumlah besar untuk beramal.
Abid Jan hanya mempunyai satu anak, Asma Jan namanya. Dia sangat disayangi olehnya dan juga oleh orang-orang lain di sekitarnya. Terkadang terlalu banyak kasih sayang menyebabkan seorang anak menjadi sangat nakal dan manja. Tapi hal ini tidak berlaku bagi putri Abid Jan. Asma sangat baik dan sangat ramah kepada orang lain seperti ayahnya. Asma Jan juga sangat bersih dan rapi, Dia biasa mandi setiap pagi dan mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan. Dia juga sangat shalihah, giat melaksanakan shalat 5 kali sehari dan dia juga selalu membaca kitab suci al-Qur'an setiap hari.
Hal terbaik mengenai Asma Jan adalah bahwa dia tidak pernah meributkan soal makanan. Dia tidak akan menangis dan berkelakuan buruk karena makanan yang tidak disukai. Bahkan meskipun ayahnya mampu memberikan makanan yang terbaik dan lezat tiga kali sehari, dia lebih suka makan nasi dan sayuran rebus. Dia akan selalu bersyukur kepada Allah atas apapun makanan yang dia punya dan berkata "Ada jutaan orang yang tidak bisa makan apa-apa dan tidur dengan perut lapar di malam hari".
Tapi ada satu masalah kecil, Dia tidak bisa makan pisang. Entah mengapa setiap kali dia melihat pisang dia merasa seperti ingin muntah. Pertama kali ayahnya mengetahui itu, Abid Jan berpikir bahwa putrinya memiliki semacam alergi, lalu dia membawanya ke dokter terbaik, tapi semua dokter mengatakan bahwa mereka tidak pernah melihat anak kecil yang lebih sehat daripada Asma, mereka mengatakan kepadanya bahwa anaknya tidak mempunyai alergi apa pun.
Terkadang masalah kecil ini menjadi masalah yang lebih besar di atas meja makan. Orang lain banyak yang menyukai pisang, sehingga setiap kali pisang itu diletakkan di atas meja, Asma bahkan tidak akan melihatnya. Dan karena semua orang sayang kepada Asma, mereka jadi menghindari untuk makan pisang dan membawa pulang pisang-pisang itu.
Suatu hari Abid Jan menemui Asma dan berkata "Anakku sayang, kami melihat bahwa kamu tidak suka pisang, Bisakah kamu jelaskan apa yang membuatmu tidak menyukainya?"
Asma menjawab, "Ayah, aku minta maaf telah menyebabkan begitu banyak ketidaknyamanan pada ayah dan semua orang. Masalahnya, ketika aku melihat titik-titik noda hitam pada pisang, aku merasa seperti ingin muntah. Maksudnya, bagaimana mungkin kita bisa makan sesuatu yang busuk? Ayah tahu betul bahwa aku bahkan makan sayuran rebus, tapi jangan minta aku untuk makan makanan busuk?"
Abid Jan tersenyum dan berkata, "Oh itu masalahnya! Baiklah Asma sayang, Insya Allah ayah akan membawakan pisang yang bersih tanpa noda untukmu hari ini, dan ketika kamu telah mencicipinya, ayah akan memberitahu sesuatu yang kamu belum tahu.
Asma mengatakan, "Terima kasih Ayah. Ayah begitu peduli kepadaku"
Hari itu Asma diberi pisang bersih. Ya, pisang yang kulitnya berwarna kuning tanpa noda dan sedikit hijau pada bagian atas dan bawahnya.
Dia mengupas kulit pisang itu dan menatapnya dengan takjub pada isi pisang yang berwarna putih bersih itu. Jelas ini adalah pertama kalinya dia melihat pisang yang isinya benar-benar berwarna putih, dia memakannya, kemudian Abid Jan bertanya , "Anakku, bagaimana rasa pisang itu?"
Asma menjawab "Ayah, Pisang ini terlihat bagus. Tapi rasanya tidak enak, hambar".
"Asma, sekarang coba pisang yang berbintik ini" kata Abid jan sambil menyerahkan pisang yang berbintik.
Dengan enggan Asma mengambilnya, dan mulai mengupas kulitnya, isinya sedikit lebih lunak daripada yang berwarna putih bersih, yang ini berwarna sulang- kehitaman di sana sini, Meskipun ia tidak ingin memakannya, tapi dia sangat penasaran apa yang ayahnya ingin katakan padanya yang dia belum tahu, jadi dia memakannya.
Kemudian Abid jan bertanya "Mana yang lebih enak?"
Asma menjawab "Pisang yang berbintik hitam dan terlihat busuk lebih enak"
Kemudian Abid Jan berkata, "Inilah yang ingin ayah beritahu. Asma, Jangan menilai buku dari sampulnya. Sama seperti pisang, setiap orang mempunyai titik-titik noda. Maksudku, kamu tidak akan selalu suka terhadap sesuatu yang ada pada setiap orang, tapi kamu harus menyukai mereka semua. Orang-orang dan buah-buahan itu baik dan manis. Jika kamu terus mencari kejelekan orang lain, kamu tidak akan pernah dapat menemukan teman karena tidak ada satupun orang yang bersih tanpa noda. Jika seseorang mempunyai sedikit kesalahan tetapi secara keseluruhan dia baik, kamu harus berteman dengan orang itu".
Teman yang baik adalah seseorang yang berpikir bahwa kamu adalah telur yang bagus, meskipun sedikit retak.